Selasa, 29 November 2011

ABANG

Hingarnya malam itu kian menjadi.

Aku tersudut di pojokan kamar pribadiku, sesengguk. Mengais isi dalam jiwa ini.
Kerontang, bahkan tak layak disebut nurani.

Sembari mengelap buih yang sengaja ku jatuhkan. Aku mungkin akan mengeluarkanya lagi sebutir dua butir bila perlu. Tapi aku tertelan jaraknya rindu.

Ah, apa yang ku coret ini? Ungkapan kasih atau hanya caci maki diri?

Abang,
Beberapa bulan yang lalu aku mengenalmu. Mencoba mencari tahu siapa sosok yang tak sengaja ku kenal di lorong waktu semu. Menelaah kembali apa maksud kehadiranmu di aturan nafasku. Semuanya bergejolak. Aku entah dirimu yang memulai robekan kisah pahit atau sedikit tak manis ini.

Benar" aneh.

Tiba" secara cepat menjalar asap diatas perbukitan usia.
Jauh. Saat aku tengah menengadah tangan, kau datang membawa sekantong bunga harum yang akan layu.
Tak lama. Pasti akan mati.

Belum ku usaikan mimpi ini, belum.
Ku beri jeda agar ku mampu menghirup aroma tubuhmu, disiang dan malamku nanti.



Surabaya, 29 November 2011

2 komentar:

  1. puisinya keren dik. ternyata kamu orangnya puitis juga yah. Lanjutkan! :)

    BalasHapus
  2. Hehe...
    Matur sembahanuwun gus. Ini kemarin iseng ada sedikit inspirasi jadi buat tulisan jelek ini.

    Terima kasih banyak ya...
    Perlu tambahan ilmu dari panjenengan juga :)

    BalasHapus