Selasa, 20 Desember 2011

Sebuah Renungan Pribadi



I

Ketika aku tertegun ,

Menghempas pelukan dari Sang Penegur ...

Aku.

Beberapa hari ini, hitungan bulan, dan tahun – tahun terakhir ,

Sedikit tak perduli.

Maaf. Bukan sedikit.

Tapi terlalu banyak hingga tak dapat ku lilit.



Hanya memikirkan seraut wajah culas.

Mengkhayal dapat melihatnya terjungkal memelas.

Karna ini.

Aku semakin membodohi raga hina tak sempurna.

Juga jiwa otak yang masih bernyawa.



II

Sekarang ..

Aku bersujud, menangis, mengerang



Sangsi ku lagi – lagi ,

Bulan berkah tlah lewat melintang.

Usai.

Tak berharap aku tersudut menanti ridlo yang gemulai.



III

Mana syukurku padaMu ?

Aku hanya meniru menyeru takbir kala itu …

Tapi sama sekali aku tak bergetir ,

Sampai pada pagi cerah yang tak buat nurani tersingkir.

Aku malu, Tuhan ..



Aku ini manusia, Sang Maha Segalanya …

Begitu tak bisanya aku menghitung kekacauan yang kuukir.



Tuhan …

Aku ingin sekali berkata padaMu.

Ingin sekali aku mengutarakannya.

Ku fikir lagi. Tak usahlah.

Toh Kau Maha Tahu semua isi hati hambaMu.



Aku rindu engkau, Rabbku …

Sangat rindu …



Betapa besar harapanku menuju hadiratMu.



Selayak lebah linglung yang butuh seteguk madu.

Madu murni dari kelopak bunga surgaMu …

Tidak ada komentar:

Posting Komentar